MAKALAH PENGARUH DAN DAMPAK DAKWAH SUNAN KALIJAGA


MAKALAH PAI
STRATEGI DA’WAH SUNAN KALIJAGA


NAMA: EKO HERI SETIAWAN H
KELAS: XII TKJ



TAHUN PELAJARAN
2015/2016

SUNAN KALIJAGA

Dialah “wali” yang namanya paling banyak disebut masyarakat Jawa. Ia lahir sekitar tahun 1450 Masehi. Ayahnya adalah Arya Wilatikta, Adipati Tuban -keturunan dari tokoh pemberontak Majapahit, Ronggolawe. Masa itu, Arya Wilatikta diperkirakan telah menganut Islam

Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Ia juga memiliki sejumlah nama panggilan seperti Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban atau Raden Abdurrahman.Terdapat beragam versi menyangkut asal-usul nama Kalijaga yang disandangnya.

Masyarakat Cirebon berpendapat bahwa nama itu berasal dari dusun Kalijaga di Cirebon. Sunan Kalijaga memang pernah tinggal di Cirebon dan bersahabat erat dengan Sunan Gunung Jati. Kalangan Jawa mengaitkannya dengan kesukaan wali ini untuk berendam (‘kungkum’) di sungai (kali) atau “jaga kali”. Namun ada yang menyebut istilah itu berasal dari bahasa Arab “qadli dzaqa” yang menunjuk statusnya sebagai “penghulu suci” kesultanan.

Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 serta awal kehadiran Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati. Ia ikut pula merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang “tatal” (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga.
Sunan Kalijaga adalah Putra dari seorang Adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilwatikta (Raden Sahur) yang keturunan dari Ranggalawe.Sewaktu masih kecil, Sunan Kalijaga bernama Raden Seca, karena sering mencuri di gudang Kadipaten dan dibagikan kepada rakyat miskin, akhirnya ia dilarang keluar dari Istana. Dan Raden Seca harus belajar ilmu agama yang di ajari oleh Sunan Ampel. Setelah mendapat gemblengan dan semakin memahami makna sejarah Islam, akhirnya Raden Seca namanya di ganti oleh Sunan Ampel menjadi Raden Said.
Kemudian Raden Said berkelana dan melawan para perampok yang merampok harta orang miskin. Ia juga merampok para pejabat kaya, dan hasil dari rampokannya itu diberikan kepada orang miskin, terutama di hutan wilayah Tuban, ia mempunyai julukan Brandal Lokajaya. Beberapa tahun kemudian Raden said bertemu dengan Sunan Bonang, dan sejak itu ia tidak merampok lagi. Dia benar-benar mendalami agama Islam dan melakukan semedi ditepi sungai. Dan Raden Said oleh Sunan bonang diberi gelar Sunan Kalijaga.
Karena kepiwaiannya itu Sunan Kalijaga mendapat banyak julukan. Di Cirebon dia dipanggil Pangeran Jayaprana, di daerah lain sering disebut Raka Brangsang,Entol,Kajabur dan sejumlah nama lainnya. Ia juga dikenal sebagai ulama besar, seorang wali yang memiliki kharisma tinggi. Bahkan dikatakan pula, ia mengungguli para wali lainnya.Sunan Kalijaga dikenal dan dikagumi oleh masyarakat lapisan bawah, namun disegani oleh kalangan atas. karena mempunyai pemikiran dan terobosan baru juga ide-ide ‘nyentrik’ yang diciptakan untuk berdakwah. Ia juga mengenakan pakaian yang mencerminkan ciri khas jawa, sehingga rakyat yang masih awam tidak merasa asing melihat penampilannya.

CARA DAKWAH SUNAN KALIJAGA

SUNAN Kalijaga merupakan salah satu wali yang senang menggunakan kesenian dan kebuadayaan. Diantara yang digunakan sunan Kalijaga adalah Al Hikmah, Al Mujadalah billati hiya ahsan, dan pembentukan dan penanaman kader serta penyebaran juru dakwah ke berbagai daerah.

Metode Al Hikmah sebagai sistem dan cara para wali merupakan jalan kebijaksanaan yang diselenggarakan secara popular, atraktif dan sensasional. Cara ini mereka pergunakan dalam menghadapi masyarakat awam. Dengan tata cara yang amat bijaksana, masyrakat awam itu mereka hadapi secara massal. Dalam rangka metode ini sunan Kalijaga dengan gamelan sekatennya. Maka dibuatlah keramaian dengan gamelan sekatenan (dua kalimah persaksian kunci keislaman). Yang diadakan di masjid agung dengan memukul gamelan yang sangat unik dalam hal langgaman lagu maupun komposisi instrumental yang lazim pada waktu itu.  Karawitan diadakan menjelang peringatan hari maulud Nabi Muhammad saw.

Sekaten berasal dari kata arab syahadatain, artinya dua syahadat, yakni nama dua buah gamelan yang diciptakan oleh sunan Kalijaga dan ditabuh pada hari tertentu atau pada perayaan maulid nabi di masjid Demak itu. Masing-masing namanya gamelan tersebut adalah kanjeng kyai Nagawilaga dan kanjeng kyai Guntur Madu, yang kemudian sampai sekarang disebut Nyai Sekati dan Kyai Sekati. Gamelan itu ditabuh umpamanya pada malam jum’at atau perayaan hari besar Islam dan karena rakyat senang pada gamelan tersebut, maka berkumpullah mereka kemudian diberi ceramah.

Menurut adat istiadat kebiasaan pada setiap tahun, diserambi masjid Demak diadakan perayaan maulid nabi yang diaramaikan rebana menurut irama seni Arab. Hal ini oleh Sunan Kalijaga hendak disempurnakan dengan pengertian disesuaikan dengan alam pikiran masyarakat jawa, maka gamelan itupun ditempatkan di halaman masjid Demak dengan dihiasi bermacam-macam bunga-bungaan yang indah. Gapura masjid juga dihiasi sehingga banyaklah masyarakat yang tertarik untuk berkunjung kesana. Gamelan itupun kemudian dipukul bertalu-talu tanpa henti-hentinya.

Kemudian dimuka gapura masjid, tampillah kedepan podium bergantian para wali memberikan wejangan-wejangan serta nasehat-nasehatnya, uaraian-uraiannya diberikan dengan gaya bahasa yang sangat menarik sehingga orang yang mendengarkan hatinya tertarik untuk masuk kedalam masjid untuk mendekati gamelan yang sedang ditabuh, dan mereka diperbolehkan masuk ke dalam masjid. Akan tetapi terlebih dahulu harus mengambil air wudlu di kolah masjid melalui pintu gapura. Upacara yang demikian itu mengandung simbolik yang diartikan bahwa barang siapa telah mengucapkan dua kalmah syahadat kemudian masuk kedalam masjid melalui gapura (dari bahasa arab Ghafura) maka berarti bahwa sejak dosanya sudah diampuni oleh Tuhan.

Perayaan sekaten dipusatkan di alun-alun ibukota kerajaan Islam di Demak, yang dapat dinikmati bersama rakyat jelata beserta khalayak ramai pada umumnya. Perayaan sekaten ini dimulai tujuh hari sebelum tiba peringatan Maulid Nabi saw. Yang tepat jatuh pada tanggal 12 Rabi’ul Awal.

Sekaten di akhiri dengan upacara garebeg, yaitu upacara yang berpuncak pada pembacaan siratun nabi (riwayat hidup Nabi saw.) dan sedekah selatan, yakni membagi-bagikan makanan hadiah dari Sultan di masjid Besar. Acara ini dihadiri oleh sultan dan pembesar-pembesar kerajaan. Sekaten ini merupakan satu-satunya upacara dan perayaan terbesar karena pergelarannya merupakan upacara memperingati hari lahir Nabi Besar Muhammad saw. Selain menggunakan gamelan sekatenan, dalam berdakwah Sunan Kalijaga juga mengarang lakon wayang baru dan menyelenggarakan pagelaran-pagelaran wayang.

Metode selanjutnya yang digunakan Sunan Kalijaga adalah al-Mujadalah billati hiya ahsan (berdebat dengan cara yang baik). Cara ini diterapkan terhadap tokoh yang secara terang-terangan menunjukkan kurang simpati dan kurang setuju terhadap dakwah Islam. Cara ini digunakan Sunan Kalijaga ketika mengajak Adipati Pandanaran di Semarang untuk masuk Islam. Pada mulanya terjadi perdebatan seru, tetapi perdebatan itu berakhir dengan rasa tunduk sang Adipati untuk masuk Islam. Bahkan ketika ceritacerita tradisional, sampai-sampai adipati ini rela mengorbankan pangkat dan meninggalkan kemewahan dunia dan keluarganya demi untuk syarat-syarat yang diminta oleh sunan Kalijaga untuk dapat diterima sebagai murid dalam berguru ilmu keIslaman.


Sedangkan metode yang lainnya ialah dengan pembentukan dan penanaman kader, serta penyebaran juru dakwah keberbagai daerah. Tempat yang dituju ialah daerah-daerah yang sama sekali kosong dari penghuni ataupun kosong dari penghuni ataupun kosong dari penghuni Islam. Sunan Kalijaga mengkader Kyai Gede Adipati Pandanaran yang kemudian dikenal dengan debutan Sunan Tembayat. Selain itu Sunan Kalijaga juga mendidik ki Cakrajaya dari Purworejo dan setelah menjadi wali naubah dianjurkan untuk pindah ke lowanu agar mengislamkan masyarakat disekitar daerah itu. Metode dakwah tersebut pada waktu itu sangat efektif. Sebagian besar Adipati di jawa memeluk Islam melelui Sunan Kalijaga. Diantaranya adalah Adipati Pandanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas serta Pajang (yang sekarang Kotagede Yogyakarta).


PENGARUH DAN DAMPAK DAKWAH SUNAN KALIJAGA
Apabila dipahami secara lahiriah, maka ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. Dengan pendekatan dan media yan digunakan Sunan Kalijaga dalam berdakwah, maka dapat mudah dipahami dan cukup berhasil menarik banyak penduduk setempat memeluk agama Islam. Karena itu tak heran bila sebagian adipati di Jawa memeluk agama Islam melalui Sunan Kalijaga.
Keberhasilan dakwah Sunan Kalijaga dengan pendekatan dan media yang dipergunakannya menjadi model yang banyak dipakai oleh para penyebar Islam kemudian.



Labels: ilmu

Thanks for reading MAKALAH PENGARUH DAN DAMPAK DAKWAH SUNAN KALIJAGA. Please share...!

0 Comment for "MAKALAH PENGARUH DAN DAMPAK DAKWAH SUNAN KALIJAGA"

Back To Top